Kamis, 08 September 2011

Ciater

Ini cerita perjalanan bulan Oktober 2010 lalu...

Ceritanya suami saya akhirnya memutuskan untuk cuti sejenak dari kantornya. Pilihannya, menginap dua malam di Ciater Resort & Spa. Pikirannya, enak toh semua sudah ada, baik taman rekreasi sampai ke kolam air panas.

Kami mulai perjalanan bermobil dari Jakarta sudah cukup siang, sekitar pukul 08.00. Si kecil duduk aman dalam carseat-nya, dan lumayan menikmati pemandangan. Sekitar pukul 11.00, kami berhenti di rest area dan brunch di salah satu restoran Padang di sana. Enak juga, meskipun mahal. Si kecil makan cukup banyak. Setelahnya si kecil tidur di carseat-nya, jadi perjalanan berlangsung aman terkendali. Masuk Bandung, kami mulai bingung mencari jalan. Suami selalu mengandalkan saya untuk jadi navigator di Bandung, dengan tuduhan saya kan sejak kecil bolak-balik ke sana. Penjelasan bahwa saya tinggal duduk enak dalam mobil tante/sepupu/adik, tidak pernah diterima suami * sigh *. Untung papan penunjuk jalan berwarna hijau itu masih bisa cukup diandalkan untuk memberi arah ke Lembang, lalu Ciater. Meskipun lebih banyak menunjukkan arah ke FO ini atau tempat outbound itu.

Alhasil, kami berhasil mencapai hotel sekitar pukul 14.30. Setelah meletakkan bawaan dalam kamar (kamar suite dengan tempat tidur queen, TV kabel, dan kamar mandi dalam---bersih meskipun agak basah), kami mengeksplorasi tempat. Tujuan utama ke Ciater adalah berendam air panas, jadi yang utama kami cari adalah lokasi kolam-kolamnya. Salah satu kolam (Cinangka) berhubungan dengan restoran tempat kami mendapat welcome drink. Jadi sembari menikmati welcome drink itu, kami menyusun rencana. Sempat juga si kecil (dan emaknya) naik kuda dulu keliling sampai ke resort sebelah. Sayangnya, rupanya si kecil (emaknya juga) agak takut juga naik kuda yang tinggi di jalanan yang kurang rata, jadi dia ribut minta kembali “ke papa”.

Usai naik kuda dan istirahat, kami langsung nyebur ke kolam Cinangka tersebut. Bwah, enaknya mencelupkan diri ke kolam berair panas alami itu! Otot dan tulang langsung lemas semua. Si kecil sibuk main mobil-mobilan (lampu mobil polisinya sempat pecah, untung bisa minta selotip ke resepsionis hotel!). Tapi tak lama kemudian si kecil mulai ribut. Rupanya matanya pedas kemasukan air berbelerang. Sibuklah mamanya menyuruh dia tidak mengusap mata. Sia-sia, wong mata perih kok nggak boleh dikucek!

Makan malam di restoran di dekat kolam tersebut, sayangnya kurang memuaskan. Antara rasa dan ukuran porsi sama sekali tidak sebanding dengan harga yang selangit. Untung kembali ke kamar, Mama bawa sereal dan susu berkotak-kotak. Jadi, si kecil duduk manis makan sereal sambil nonton saluran TV Jim-Jam. Cuaca kurang bersahabat.

Pagi setelah sarapan di restoran tersebut lagi (kembali sarapan gagal, dan si kecil makan perbekalan dari rumah), kami mengeksplorasi taman rekreasi. Sayangnya hujan rintik kembali turun. Akhirnya si kecil cuma naik kereta-keretaan. Kami lalu memilih naik mobil untuk mencari makan siang di luar hotel.

Waks! Si kecil muntah habis-habisan! Mungkin karena jalanan gunung yang meliuk-liuk. Mungkin juga karena perutnya kurang diisi dengan benar sejak semalam. Gawatnya, karena merasa hanya pergi sebentar, mamanya tidak bekal banyak baju ganti! Di restoran ayam goreng di Lembang pun, si kecil masih muntah-muntah. Setelah itu juga dalam perjalanan kembali ke hotel. Huaaaaaa... kasian kau, nak!

Malamnya, karena hujan terus, rencana kembali berendam di kolam air panas pun batal. Huaaa...

Keesokan paginya, kami mengisi perut si kecil kembali dengan sereal bekal dari rumah. Setelah itu, kami masih menyempatkan diri untuk kembali berendam di kolam. Rugi dong jauh-jauh ke Ciater kalau cuma berendam sekali! Sayangnya, cuaca yang justru panas membuat berendam rasanya jadi berbeda dengan waktu berendam sore-sore pertama datang itu. Berendam siang-siang ini panas dan kurang nyaman!

Perjalanan pulang, si kecil kembali muntah-muntah di jalan. Perut dan kaki sudah digosok minyak kayu putih, tapi rupanya tidak banyak membantu kondisinya. Saat akhirnya kami berhenti di rest area untuk makan, si kecil bisa makan. Tapi, kembali muntah begitu kami melanjutkan perjalanan. Huaaa... sedihnya...

Sampai di rumah, rasanya malah jadi capek. Trip kali ini membuktikan kata orang: pergi dengan anak kecil malah membuat orangtuanya merasa butuh liburan lagi begitu sampai di rumah. Huaaaaaaaa...

Road trip singkat bersama balita:
* Anak balita lebih baik naik kuda poni saja. Kalau yang tersedia kuda “biasa” yang tingginya sekitar 1,5 meter, lebih baik beri pengertian anak untuk tidak naik. Atau kalau anak memaksa atau menangis minta naik kuda, mintalah trayek yang singkat, tidak usah jauh-jauh. Atau pastikan mereka memang pemberani!

* Jangan pernah lupa bawa selotip. Multifungsi banget! Sama seperti tisu basah---errr... dengan fungsi-fungsi yang berbeda, tentu saja.

* Kalau kurang yakin dengan kualitas makanan yang disajikan hotel atau kemungkinan bisa kesulitan mencari makan, bawa bekal banyak-banyak.

* Selalu sedia minimal dua stel baju ganti anak balita di mobil untuk road trip.

* Biskuit kering, air putih, dan minyak hangat-hangat untuk anak yang muntah.

* Jangan paksakan untuk langsung melanjutkan perjalanan selesai makan. Jalan-jalanlah dulu sebentar untuk menurunkan makanan.

* Kalau perlu beri anak obat antimual seperti Antimo Anak atau Tolak Angin Anak.

* Cuaca, cuaca, cuaca. Selidiki betul cuaca yang akan dihadapi di tempat liburan. Hujan bisa merusak segalanya dan memaksa kita tinggal terus dalam kamar hotel. Hiks.

Tidak ada komentar: