Rabu, 04 Juli 2012

Mekarsari

Mumpung liburan, ngumpul sambil ngajak anak-anak jalan, yuk! Jadilah saya dan dua sahabat sehidup-semati sepakat untuk menyewa mobil dan membawa anak-anak kami ke suatu tempat. Bukan ibu-ibu dong ah namanya kalau nentuin tempat aja nggak pake berantem… Tapi setelah menimbang dan menakar, akhirnya kami memutuskan memilih pergi ke… Mekarsari! Yay! Norak ya, taman buah itu kan udah ada sejak kapan-kapan, tapi ternyata tidak ada satu pun dari kami yang sudah pernah menyambanginya.

Cihui sampai akhir? Belum… namanya juga baru awal cerita. Setelah meraih suara bulat dalam pengambilan keputusan, rupanya ada informasi-informasi baru yang masuk antara lain jalanan yang supermacet, kondisi yang panas dan kotor, dll dsb. Jadilah tiga ibu-ibu ini kembali tarik urat, tarik ulur, cari-cari tempat-tempat wisata lain yang bisa jadi kandidat… dan… ibu-ibu memiliiiih… tetap ke Mekarsari, dengan segala risikonya.

Jadilah, Sabtu kemarin saya menggotong si kecil yang masih tidur dalam piamanya masuk ke mobil sewaan. Sesuai janji, saya dan anak berangkat tepat jam tujuh pagi, menjemput dua ibu dan dua anak lain di tempat perjanjian. Perjalanan cukup lancar, setelah ketemu kakak-kakak, anak saya pun jadi segar dan mau disuapi sekadar pengganjal perut di pagi hari.

Kami lewat Cibubur dengan aman sejahtera, mengingat masih pagi, dan tiba di Mekarsari jam sembilan teng. Di sana kami clingak-clinguk, dan akhirnya mampir di konter informasi. Di sana oleh mbak-mbak yang ramah, kami ditawari berbagai paket kegiatan yang asyik-asyik---sayangnya tidak semuanya bisa dilakukan oleh anak-anak kami yang masih balita serta kelas 2 dan 3 SD, antara lain naik banana boat, tube, dan outbound yang untuk dewasa. Jadilah kami memilih paket Greenland Tour yang sebenarnya kegiatannya hanya keliling kebun-kebun buah. Sebelum membayar, anak-anak diukur tingginya, dan… ternyata semua masih di bawah 120 cm, jadinya hrrraaatiiishhh… HOREEE!!! Mamak-mamaknya saja yang bayar, per paket Rp50.000 saja, dengan serenceng tiket untuk ditukarkan berbagai macam macam-macam. Di konter info/tiket ini saya sih cuek saja dengan rencengan tiket, maksud saya, ini mau dikasih apaan sih? Paling berat-beratin bawaan aja, males ah ambilnya, dll dsb. Tapi… ternyata… kita lihat cerita selanjutnya…

Acara pertama adalah naik kereta mobil. Anak saya, maklum cowok, girang benar. Tapi karena hratish, anak-anak diwajibkan dipangku (hanya terjadi pada leg pertama tur keliling kebun ini, selewatnya tidak ada yang ingat). Leg pertama ke kebun melon. Di kebun ini kami dipersilakan menukarkan sobekan tiket yang pertama dengan softdrink. Yang ada di kepala saya tentu saja Coca-Cola, Fanta, dkk. Eh, taunya yang disiapkan adalah jus buah segar merk Mekarsari. Ambil dong, ah. Taunya lagi, si kecil suka! Sial, jatahnya cuma sebotol! Tapi the highlight of this leg tentu saja kebun melonnya dong. Melon ditanam dalam rumah kaca (yang memerangkap sinar matahari dan menaikkan suhu 3 derajat), satu pohon hanya diperkenankan berbuah satu saja, sehingga buah yang dihasilkan sangat maniiisshh (saya buktikan sendiri dengan icip-icip potongan buahnya). Pengunjung diperkenankan memetik buah sendiri, yang bentuknya biasa-biasa saja alias bulat hanya Rp15.000/kg, sementara yang bentuknya aneh-aneh Rp25.000/kg. Aneh-aneh? Iya, ada yang bentuknya segitiga, kotak, dan hati---sayang pas nggak ada yang bentuknya bintang. Taunya saat seukuran telur ayam, buah melon itu dipasangi cetakan. Lucu ya… Sayangnya, kami tidak memetik buah, karena mempertimbangkan perjalanan masih panjang dan buah itu cuma jadi beban saja.

Kembali ke kendaraan, kami ditransfer ke bus gandeng yang lebih kecil. Sempat terjadi perdebatan saat si kecil ngotot mau naik bus yang warna biru, bukan hijau. Tapi dengan dalih bus biru sudah penuh, akhirnya si kecil berhasil dibujuk. Kebun kedua adalah kebun salak. Kembali kami dipersilakan menukar sobekan tiket dengan setengah kilogram salak dalam keranjang anyam yang lucu. Selanjutnya, rombongan kecil kami disapa mbak-mbak baik hati yang menerangkan sedikit tentang pohon salak, buahnya, dan kebun secara garis besar. Saking asyiknya mendengarkan cerita si mbak, kami nyaris ketinggalan bus (hijau) kami.

Berikut, kebun belimbing. Dan yak, kami kembali dipersilakan menukar sobekan tiket dengan sebuah belimbing yang ukurannya lumayan besar. Mulai merasa beruntung kan, tadi tidak beli melooonn… Dan perjalanan pun berlanjut. Sepanjang perjalanan ada guide yang menerangkan kebun apa saja yang kami lewati. Yang sangat menarik dan membuat saya ingin mencicipi adalah jambu rosa… Kayaknya asyik ya, rasa jambu manis-manis gitu tapi aromanya harum mawar… hmmm… Oya, ada juga nangka campur cempedak. Ini juga kayaknya oke banget nih… Sayang saat kemudian clingukan di kios-kios buah yang banyak tersedia, sama sekali tidak ada tuh penampakan jambu rosa atau nangdak alias nangka-cempedak itu.

Anyway, kami lalu diturunkan di dekat danau, pusat segala keriaan. Jam sekitar pukul sebelas, dan matahari terik banget. Untung daerah itu dipayungi banyak pohon. Kami duduk-duduk istirahat sebentar sembari mengatur strategi mau ngapain setelahnya. Akhirnya kami lalu memutuskan untuk naik perahu naga (Rp15.000/orang). Perahunya lumayan besar, mungkin muat sekitar 30 orang sekali jalan. Kami juga diminta mengenakan jaket pelampung, jadi soal keselamatannya cukup diperhatikan lah. Trayeknya sih cuma sekali mengelilingi danau, sekitar sepuluh menit maksimal. Taunya, dasar anak kecil gampang puas, anak saya minta lagi. Akhirnya dibujuk biar makan siang dulu, baru naik perahu naga lagi. Si kecil setuju, tapi tidak lupa janji. Begitu acara makan siang bubar, dia menuntut balik naik perahu naga. Walhasil, saya dan si kecil pisah jalan sementara dengan teman-teman kami.

Setelah putaran kedua perahu naga, panas makin menyengat, dan kami mulai beranjak perlahan ke halte kuning tempat perhentian bus yang akan membawa kami kembali ke bagian depan Taman Mekarsari. Menunggu beberapa lama, bus pun datang. Anak-anak duduk diam, mungkin agak lelah dan kepanasan sedari tadi, selain itu angin sepoi-sepoi dari jendela terbuka memang asoy. Tenang? Tunggu dulu… angin sepoi itu tiba-tiba menerbangkan topi anak saya! Aaa… iii… Pak Sopir berhenti!!! Sekejap seisi bus dilanda kepanikan karena sepotong topi. Untungnya topi nyangkut di anak tangga bus, sehingga tidak ada yang perlu turun berlari-lari balik arah mengambilnya. Terima kasih ya, kakak yang baik hati, sudah mengambilkan topi Papu keramat!

Sampai di bagian depan taman buah, barulah kami menemukan area Kid’s Fun, yang sebenarnya lebih cocok untuk anak-anak seusia anak-anak kami. Sekali lagi rombongan terpaksa pecah karena anak saya mau naik bom-bom car, anak-anak lain mau naik monorail. Selesai bom-bom car, yang lain raib, jadilah dilanjut anak saya naik monorail (plus saya yang mau pengsan tiap keretanya belok), lalu naik pesawat. Lalu saat bereuni, eh, anak-anak lain mau naik bom-bom car, sementara anak saya mau naik helikopter---yang akhirnya jadi naik taksi. Apalah… terserah…

Akhirnya, setelah rombongan berhasil bersatu lagi, kami berjalan pelan-pelan mencari toko suvenir untuk menukarkan sobekan tiket (lagi! Gila ya, gak abis-abis tuh sobekan tiket!). Saya memilih suvenir mug, sementara teman-teman saya memilih topi. Setelah itu kami masuk toko buah di sebelah tok suvenir dan belanja-belanji sedikit.

Dan… sobekan tiket yang terakhir---akhirnya! Kami mencari pusat bibit, dan menukarkan sobekan tiket terakhir dengan tiga bibit pohon jeruk limau yang moga-moga bisa tumbuh subur menyediakan penyedap buat sambal nyam-nyam!

Dan perjalanan pulang pun dimulai pukul tiga… The real ordeal had began… eng ing eng… Suprisingly, leg Cileungsi-pintu tol yang ditempuh selama kurang-lebih dua jam tidak terasa membebani. Dua anak tidur, satu anak main iPod, dan mamak-mamak entah tidur entah gosip, so… lumayan lah. Masuk Jakarta, keluar di pintu tol Fatmawati, untuk mengantar satu pasang ibu-anak ke daerah Blok M, lalu perjalanan lanjut ke daerah Ciputat untuk mengantar sepasang ibu-anak lagi. All in leg kedua ini ditempuh juga dalam sekitar 2 jam. Daaan… leg ketiga… kasihanilah kami yang rumahnya paling jauh… Ciputat-Serpong. Secara teori, jarak yang ditempuh mestinya tidak segimana banget. Tol pun ada di mana-mana. Eh, taunya… justru ya justru… Kami terbentur macet di mana-mana, Gintung, Pondok Ranji, Tegal Rotan, tidak bisa masuk tol, balik arah, macet lagi di Bintaro 2. Akhirnyaaa… setelah mengambil rute pulang jin buang anak, di Kampung Parigi nan gelap, kami berhasil sampai rumah jam… sembilan malam!

Sungguh ya, sungguh… Mekarsari-nya sih oke banget. Harga yang ditawarkan dengan yang didapatkan oke banget. Tapi, jalanannya itu loh. Sungguh deh, nggak ngulangin lagi jalanannya. Kalo ada yang ngajak lagi lain kali, mungkin saya akan nyewa helikopter, bukan mobil!