Kamis, 05 November 2009

The Hunger Games~Suzanne Collins

Reality show di alam liar. Pasti langsung kebayang Survivor deh. Tapi gimana kalau peserta-peserta reality show itu dipaksa ikut, bukan menawarkan diri? Dan gimana kalau cara keluar hidup-hidup dari acara TV itu hanya dengan menjadi pemenang dan membunuh semua lawan?


Alkisah, tidak ada lagi yang namanya Amerika Serikat. Di lokasi bekas negara itu berdiri negara Panem, yang terdiri atas Capitol (ibu kotanya) dan 12 Distrik. Orang-orang hidup seperti di zaman batu... atau tepatnya seperti dalam film-film Mad Max atau Waterworld—saat di bumi sudah tidak ada apa-apa lagi, cuma padang pasir atau laut tak berbatas atau... yah, penguasa negeri yang keji dan tiran.


Capitol—si penguasa tiran—mengadakan Hunger Games tiap tahun. Tujuan permainan ini adalah memberi peringatan pada 12 Distrik bawahannya, bahwa Capitol-lah yang berkuasa. Dalam permainan ini, ke-12 distrik harus menyumbang sepasang remaja laki-laki dan perempuan sebagai pesertanya. Jadi total peserta 24 orang. Mereka ditempatkan di wilayah imajiner yang dibuat sesuai kepentingan permainan, dan dipersilakan saling membunuh di sana. Yang terakhir hidup adalah pemenangnya.


Tak usah disebutkan lagi, semua orang benci Capitol, tapi tidak berani melawannya. Sedikit yang masih punya keberanian masih bisa mengisi perut. Seperti Katniss Everdeen, cewek 16 tahun, dari Distrik 12, yang masih berani berburu di hutan, meskipun itu terlarang. Sehari-hari sepulang sekolah Katniss berburu ditemani Gale, cowok 17 tahun. Hubungan mereka... mmm... bukan pacar, cuma teman baik sekali.


Di hari pengundian nama peserta Hunger Games tahun itu (yang wajib diikuti oleh semua remaja umur 12-18 tahun), nama Primrose, adik Katniss keluar sebagai peserta. Tanpa pikir panjang Katniss mengajukan diri sebagai gantinya. Bersamanya terpilih Peeta Mellark sebagai wakil Distrik 12.


Mulailah mereka sebagai boneka Capitol. Didandani, disuruh belajar berbagai cara penyelamatan diri di alam liar arena Hunger Games. Dan bersandiwara supaya bisa menarik perhatian para sponsor, karena bantuan sponsorlah yang bisa menentukan hidup/mati mereka di arena.


Peeta hebat sekali saat mengatakan dia jatuh cinta pada Katniss sejak kecil. Segera saja mereka memainkan pasangan cinta tak sampai dan menarik simpati jutaan penonton di Capitol serta seluruh Panem. Ditambah lagi, keunggulan Katniss berburu membuatnya tak terkalahkan dalam arena. Mereka bersembunyi di hutan arena, lari dari kejaran anak-anak distrik lain yang haus darah.


Pada akhirnya mereka mengubah peraturan Hunger Games. Tapi bagaimana hubungan Katniss dan Peeta sebenarnya? Bagaimana hubungan Katniss dengan Gale? Dan bagaimana pendapat Capitol tentang dua remaja dari Distrik 12 ini?


Membaca buku ini membuat kita membayangkan hal-hal yang tak terbayangkan. Misalnya, apa yang akan terjadi puluhan atau ratusan tahun dari sekarang? Apakah negara kita masih berdiri? Apakah negara adikuasa seperti Amerika masih berdiri? Apakah tiran dan kemasabodohan, seperti yang dulu di abad-abad kegelapan terjadi, bisa terjadi lagi? Apakah segala teknologi yang sekarang kita miliki ini bisa terus membantu kita, atau cuma akan membantu kelas-kelas masyarakat tertentu saja nantinya? Apakah kemiskinan akan terus ada, bahkan semakin menjurang dengan masyarakat kelas atas? Apakah selamanya manusia akan haus darah?


Daripada pusing berandai-andai, ikut saja berdebar-debar bersama Katniss dan Peeta dalam Hunger Games. Dan tunggu kelanjutan buku keduanya!

Tidak ada komentar: