Jumat, 12 Agustus 2011

Guide

Oke deh... oke... setelah beberapa hari berusaha mengumpulkan niat dan menguatkan hati untuk kembali nge-blog, akhirnya subuh ini mulailah daku mengetik ini-itu.

Nge-blog itu sebenarnya asyik. Dan bisa jadi latihan menulis yang tokcer. Soalnya, kalo kita berkomitmen nge-blog, kita akan memaksa diri kita untuk menulis dan mencari ide terus-menerus. Iya gak? Iya gak?

Anyway, ada sih ide yang terus berputar di kepala gue seminggu ini. Tepatnya setelah pulang dari on-air di Cosmopolitan Radio (taelah, promosi sih tapi telat, kalo gini mah namanya pamer doang!), Sabtu minggu lalu (6 Agustus 2011). Pas on-air itu, gue bertutur bahwa lebih baik nyewa guide kalo ke Kebun Raya Bogor, lalu tuturan itu mendapat tanggapan di twitter-nya Cosmo, ngapain juga nyewa guide kalo yang diliat itu-itu aja?

Loh, justru!

Justru itu kita butuh guide, supaya yang dilihat gak itu-itu aja! Terus terang, tanggapan gue pas on-air itu agak memalukan. Gue cuma bilang bahwa guide itu perlu biar kita bisa bedain jenis-jenis pohon. Tapi, sebenarnya it's more... waiii... more than that, sodara-sodara!

Guide bisa membuat perjalanan kita jadi lebih bermakna. Guide yang baik dan mengenal seluk-beluk topik yang dibawakannya akan membuat kita pulang dari jalan-jalan dengan perasaan bahagia, bertambah cerdas, dan jelas puas. Serius! Guide yang baik bisa membuat perjalanan kita mempunya nilai lebih dan tentu jadi bermakna.

Contohnya ya, kembali ke Kebun Raya Bogor. Gue dan keluarga pernah mengantar seorang bapak Jerman ke KRB. Di pintu masuk kami menyewa guide, maksudnya tentu biar gak repot ya kalo si bapak Jerman nanya-nanya ke kita, gimana juga jawabnya, coba? Eh, ternyata, si guide itu lulusan IPB juga, bo! Jadi seru banget dia cerita ini-itu, ngasih tahu tumbuhan ini-itu, dan spot-spot lucu di KRB, misalnya tempat si bapak Jerman bisa gelantungan di sulur-suluran ala Tarzan (fotonya terus dicetak dan dibingkai, buat suvenir si bapak Jerman... hehehe). Bayangin gimana kalo kita keliling-keliling KRB tanpa guide? Yang ada ceritanya cuma, “Errm... ini pohon... itu juga pohon... hehehe...”

Masih di KRB, waktu gue masih enam tahun, keluarga gue mengantar sekeluarga Belanda (bapak-ibu-anak 3 tahun) ke sana. Tentu keluarga gue menggunakan guide juga. Dan percaya gak, gue masih ingat betapa amazed-nya gue sama KRB karena di situ ada pohon kelapa sawit yang umurnya udah seratus tahun lebih, karena ada bunga bangkai yang bau, dan karena ada teratai yang daunnya luebaaar... buangeeed. Serius, ini kenangan masa kecil gue, bukan karena gue baca di mana, dan bukan karena kunjungan bersama si bapak Jerman yang edisinya udah tahun 2000-an. Ini ingatan dari masa kecil gue. Dan kalo gak nyewa guide, gue rasa sih gue gak akan punya kenangan itu.

Menyinggung museum, gue adalah pecinta museum, biarpun museum di Indonesia kondisinya masih yah... (eh, tapi tahun-tahun terakhir ini museum-museum di Indonesia makin cantik loh!). Tapi, sayangnya gue jarang-jarang pakai guide di Jakarta. Lain halnya pas ke Bali, gue langsung dipepet guide saking dikira orang Jepang (wakarimasen! Wakarimasen!). Akibatnya, meskipun gue selalu terkagum-kagum sama koleksi Museum Gajah, tapi gue baru benar-benar jatuh cinta sama museum ini saat mengunjunginya bareng guru sejarah SMA gue. Guru sejarah gue itu piawai banget cerita ini-itu tentang patung-patung di dalam museum. Kecintaan dan kekaguman gue sama koleksi Museum Gajah makin bertambah waktu main ke sana pas Pameran Majapahit dengan narasumber Pak Dwi dari Malang yang diundang Sahabat Museum. Wow, keren! Terutama ceritanya tentang arca Bima yang perkasa... hehehe... Tuh,kan, kalo guide-nya oke, biarpun udah lewat bertahun-tahun tetap inget ceritanya apa...

Di museum-museum lain (di Indonesia) yang gue kunjungi, gue tidak pernah menggunakan jasa guide. Akibatnya, ya lempeng dot com aja deh. Cuma lihat-lihat, terus foto-foto (atau bahkan gak foto-foto karena gue gak segitu narsisnya) lalu pulang deh kita. Eh, kecuali pas ke museum di Bali itu... yang pas gue dikira orang Jepang itu... hehehe... Kadang keterangan yang disematkan pada barang koleksi museum sudah cukup memuaskan rasa ingin tahu, tapi kadang tulisannya cuma “Piring, tahun 1600-an”. Thanks... garing amat keterangannya.

Soal guide-nya sendiri, kadang ada guide yang helpful banget dan seru bercerita ini-itu. Tapi kadang ketemu juga guide yang sama garingnya dengan keterangan “Piring, tahun 1600-an” itu. Alias si guide cuma membaca ulang keterangan yang ada. Woi, Pak, kalo baca doang mah saya juga bisa! Tapi, kata salah satu sumber yang bisa dipercaya, kita sebagai pengguna jasa guide juga mesti rajin nanya, biar ceritanya keluar semua. Masalahnya terkadang mau nanya apa juga bingung yak.

Anyway, tanpa guide, barang-barang di museum mungkin jadi sekadar barang pajangan dan pohon-pohon serta anggrek cantik di KRB cuma jadi sekadar pohon dan anggrek yang cantik. Mereka bukan mangkuk gerabah yang digunakan di zaman Majapahit serta bunga yang persilangannya diawasi sendiri oleh Megawati yang presiden itu. Dan yang pasti, selain menambah poin pada perjalanan kita, kalo ada guide kita bisa minta tolong buat difoto serombongan komplet dong ah!

Tidak ada komentar: